Kamis, 15 Desember 2011

Ketika ITB didemo (sebuah lelucon di saat UAS)

Postingan ini merupakan respons pribadi saya terhadap aksi yang dilakukan oleh kelompok yang tidak diketahui identitasnya serta mengaku perwakilan dari berbagai universitas yang tujuannya ingin mengajak ITB untuk bergabung pada pergerakan mereka.

Latar belakang dari aksi ini sebetulnya sudah jauh berawal bahkan sebelum Sondang membakar dirinya di depan Istana Negara. kelompok ini, (kalo kata kang Angga dan Kang Dani, menteri sospol dan menko eksternal kita) yang menamakan dirinya kelompok cipayung, sebetulnya bukan sama sekali merupakan perwakilan dari berbagai universitas yang ada di bandung. memang, peserta aksi tersebut kebanyakan adalah mahasiswa. hanya patut diingat juga, apakah status mahasiswa yang dimiliki oleh peserta aksi tersebut masih aktif ?. karena setelah diselidiki oleh para petinggi diatas (serta kang tizar tentunya) kebanyakan dari mereka sudah menjadi alumni, dengan kata lain status kemahasiswaan mereka sudah tidak aktif (dicabut). sehingga tidak layak bagi mereka untuk menyebut dirinya sebagai perwakilan dari universitas di bandung.

Berikutnya, kelompok ini juga bukan merupakan kelompok yang mewakili organisasi kemahasiswaan terpusat dari berbagai universitas. beberapa peserta mungkin adalah aktivis kabinet atau BEM namun mereka tidak memiliki izin untuk menempelkan nama BEM kampus mereka atas aksi yang dilakukan. kasusnya seperti teman2 kita di UI yang ditangkap pada aksi tanggal 19 oktober lalu. Kemudian, kelompok ini adalah kelompok yang kemungkinan besar (kata kang Angga, menteri sospol) adalah kelompok yang ditunggangi kepentingan politik sehingga pergerakan politik mereka sudah tidak murni lagi seperti pergerakan mahasiswa ITB. mereka menginginkan nama ITB untuk ikut membonceng nama mereka agar pergerakan mereka (yang ditunggangi kepentingan politik) mendapat legitimasi dari rakyat. hal ini, kata kang Tizar jelas tidak sesuai dengan falsafah dan konsepsi kemahasiswaan ITB yang independen dan berawal dari hati nurani serta rakyat.

keinginan mereka untuk mendompleng nama ITB di pergerakan mereka dikarenakan ITB mempunyai nilai historis sebagai pelopor pergerakan mahasiswa. selain itu, nama ITB membuat media massa mudah tertarik sehingga pergerakan mereka mendapat nama di mata masyarakat. oleh karena itu, antek mereka di kampus, sebut saja MAMI, berupaya untuk memediasi pergerakan mereka dengan KM-ITB dengan cara menemui presiden dan kang Dani (menko eksternal). akan tetapi, kang Tizar dan kang Dani ingin agar tujuan serta konten aksi mereka jelas dulu, baru ikut aksi. hal ini dikarenakan saat mediasi, MAMI hanya menerangkan teknis aksi, dan sama sekali tidak menyentuh konten dan tujuan mereka.

Oleh karena itu, ketika mereka meminta waktu untuk mengadakan mimbar bebas di ITB, kang Tizar, Dani dan Angga bilang bahwa mimbar bebas tidak mungkin terlaksana karena mahasiswa ITB sedang UAS. kalaupun bisa, hanya mereka yang hadir dan massa dari ITB pun hanya sedikit. akan tetapi, MAMI ini “keukeuh” harus ada mimbar bebas di ITB (padahal sendirinya anak ITB, dan mungkin lagi UAS juga). oleh karena itu, ketiga petinggi KM menolak serta tidak mau ikutdalam aksi mereka karena ketidakjelasan konten.

para petinggi kelompok tersebut jelas tidak puas atas jawaban KM-ITB. oleh karena itu, mereka melakukan aksi untuk menuntut ITB agar tergabung dalam “Aksi Solidaritas Untuk Sondang” yang mereka inisiasi. akan tetapi, para petinggi KM (Tizar, Dani, Angga) sudah mengetahui modus mereka yang ditunggangi sehingga tetap menolak. beberapa kali terjadi keributan mulut akibat sikap kelompok tersebut yang berusaha merangsek masuk ITB serta upaya untuk memprovokasi keadaan. Untungnya, sikap para petinggi KM-ITB yang tetap tenang serta berupaya untuk mengendalikan keadaan membuat upaya anarkis kelompok ini tidak berhasil.

akhirnya, kelompok ini mengajukan untuk mengajak KM-ITB konsolidasi bersama di UNISBA (yang sudah dikuasai mereka tentunya) hari ini (14-12-2011) jam 20.00. akan tetapi mereka tidak mengundang BEM2 bandung lainnya untuk konsolidasi. oleh karena itu, dikarenakan modus seperti ini sering terjadi serta kemungkinan akan adanya kekerasan fisik maka KM-ITB memutuskan tidak hadir (meskipun tidak dikatakan kepada mereka). sebagai ganti atas rasa kecewa mereka, mereka menghadiahkan pembalut wanita dan celana dalam yang menunjukkan bahwa ITB banci.

dari kejadian ini, sebetulnya kita dapat mengetahui manakah aksi politik yang murni serta mana yang sudah tidak murni. aksi politik ITB merupakan salah satu yang masih murni dan berangkat dari gagasan bukan karena politik uang. hal ini dapat dilihat dari konten serta tujuan seperti aksi tanggal 20 oktober (saya terlibat langsung) yang tersusun secara sistematis dan disetujui oleh seluruh massa kampus melalui himpunan. selain itu, aksi politik ITB tidaklah bersikap anarkis. hubungan antara KM-ITB dengan kepolisian (coblong khususnya) sangat baik dan kuat dikarenakan setiap aksi, mahasiswa ITB dapat mengendalikan keadaan agar tidak bersikap anarkis serta selalu sinergis dengan kepolisian.

selain itu, aksi politik ITB merupakan aksi politik yang sifatnya terstruktur. KM-ITB melalui kementrian eksternalnya memang jarang mengadakan demonstrasi karena faktor efektivitas yang dipertimbangkan. akan tetapi, aksi politik ITB lebih kepada mediasi bersama pemerintah pusat dan daerah serta membangun jaringan dan diskusi sehingga arah pergerakan menjadi terstruktur dan terarah. aksi seperti ini juga dapat meningkatkan relasi antara ITB dengan pemerintahan menjadi lebih baik. memang pada beberapa kasus aksi turun kejalan sangatlah penting untuk dilakukan namun tentunya setelah melalui kajian yang dalam dan konten yang jelas.

semoga pergerakan kita selalu dijaga idealisme dan independensinya.

Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater



Penulis adalah anggota kementrian sosial politik aktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar